Karena intelijen ini mengemban tugas rahasia, maka tidak sembarang orang yang bisa berprofesi sebagai intelijen. Untuk menjadi seorang intelijen dibutuhkan syarat-syarat khusus, yaitu loyalitas, kecerdasan, keuletan, pengalaman, dan keberanian. Mengingat tidak jarang seorang intelijen harus rela mati ketika menjalankan tugasnya.
Karya Hanu Lingga yang berjudul 100 Tokoh Intelijen Dunia ini mengulas secara komprehensif pengalaman-pengalaman seratus orang intelijen besar yang bekerja di masing-masing lembaga intelijen negaranya. Terdapat sembilan lembaga intelijen yang saat ini ada di dunia, yaitu CIA milik Amerika Serikat (AS), KGB milik Uni Soviet, FSB milik Rusia, M16 milik Britania Raya, Mossad milik Israel, BIN milik Indonesia, Stasi milik Jerman Timur, Asio milik Australia, dan DIE milik Rumania.
Secara garis besar, intelijen mengemban tugas untuk menggali informasi yang berguna dan yang membahayakan negaranya masing-masing. Tugas intelijen seringkali berkaitan erat dengan gejolak politik yang sedang terjadi. Pada masa perang dunia II dan perang dingin antara USA dan Uni Soviet misalnya, agen-agen intelijen pun ditugaskan menggali informasi untuk menjadikan masing-masing sebagai negara terkuat.
Persaingan sengit antara USA (kapitalisme) dan Uni Soviet (komunisme) kala itu telah melahirkan tokoh-tokoh intelijen besar dunia. Di kubu CIA (USA) melahirkan sosok Lucien Conein. Semasa perang dingin Lucien bertugas untuk menggali informasi-informasi yang fundamental terkait Uni Soviet. Sementara di kubu KGB (Uni Soviet) melahirkan sosok Vladinir Putin. Sejak tahun 1975 putin bergabung dengan KGB dan bertugas menjadi agen Uni Soviet di Jerman.
Prestasi Putin sangat gemilang, dapat dibilang berkat jasanyalah rezim Nazi di Jerman jatuh. Selain di badan intelijen, alumnus universitas negeri di St Petersburg ini juga tercatat sebagai presiden di negaranya 1999-2008.
Berbicara mengenai badan intelijen besar dunia, nama Indonesia tidak boleh ditiggalkan. Melalui BIN, Indonesia juga sukses menelorkan agan-agen yang tidak kalah hebat. Sebut saja Ali Moertopo. Laki-laki asal Blora ini memiliki prestasi yang cukup gemilang untuk Indonesia. Berkat kegigihannya menggali informasi, dia berhasil menumbangkan pemberontakan yang digagas oleh Darul Islam. Moertopo juga menjadi dalang di balik lahirnya keputusan Soeharto untuk memfusikan partai politik menjadi tiga: Golkar, PPP, dan PDI. Selain Murtopo, Indonesia juga melahirkan Letnal Kolonel Purnawirawan Djuanda Wijaya sebagai intelijen terbaiknya. Dikatakan bahwa bergulingnya Deklarasi Ciganjur pada November 1998 adalah tidak lepas dari kerja kerasnya. Selain yang tersebut di atas, ada begitu banyak tokoh intelijen lain dipaparkan buku ini.
Terlepas dari kekurangannya, melewatkan kehadiran buku ini betu saja adalah hal patut untuk disayangkan. Setidaknya malalui buku ini kita bisa sejenak mencermati tokoh intelijen dengan sekelumit aksinya, baik dari Indonesia maupun negeri manca negara.
|
Rp |
|
Hemat Rp 8.550 | |
Rp 48.450 | |
i | |
Judul | 100 Tokoh Intelijen Dunia (Edisi Revisi) |
No. ISBN | 9789793065618 |
Penulis | Hanu Lingga |
Penerbit | Navila |
Tanggal terbit | Mei - 2011 |
Jumlah Halaman | - |
Berat Buku | 400 gr |
Jenis Cover | Soft Cover |
Dimensi(L x P) | - |
Kategori | Biografi |
Bonus | - |
Text Bahasa | Indonesia ·· |
Lokasi Stok | gudang bukukita |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar