TENTANG PENULIS
Putu Oka Sukanta, lahir Singaraja, Bali, 29 Juli 1939. Mulai menulis sejak usia 16 tahun. Dirangsang oleh pelajaran mengarang. Guru bahasa Indonesianya mengajarkan agar Putu menuliskan apa yang dialaminya. Awalnya, menulis hal-hal yang nakal dan menyentil kebiasaan orang Bali. Selanjutnya Putu aktif menulis puisi, cerpen, novel, dan cerita anak-anak baik sewaktu masih di Bali, maupun sesudah pindah ke Yogyakarta dan Jakarta.
Pada tahun 1966, Putu dijebloskan ke penjara Salemba, Jakarta, karena dianggap sebagai anggota Lekra (salah satu organisasi PKI). Padahal, meskipun pernah bergaul dengan orang-orang Lekra, ia tidak pernah menjadi anggota organisasi tersebut. Selama masa pengawasan sesudah pembebasannya pada tahun 1976, karya-karyanya disensor. Meskipun demikian, Putu tetap menulis, sebagian tulisan Putu tidak beredar di Indonesia, tapi di Jerman dan Australia. Tulisannya sering dimuat dalam antologi dan pernah diterbitkan oleh Kalyana Mitra. Tak heran, Putu kurang dikenal di Indonesia. “
Pada tahun 1982 dan 1983, Putu sempat mengikuti Popular Theatre Workshop di Sri Lanka dan Bangladesh. Penulis yang pernah dinobatkan sebagai deklamatir terbaik Bali (1958) ini, pada bulan April dan Mei 1985, diundang untuk berceramah tentang sastra dan membacakan puisi di beberapa universitas di Australia (Flinders University, Monash University, ANU, Sidney University). Selain di Australia, Putu juga membacakan puisinya di Jakarta dan Malaysia (Dewan Bahasa dan Pustaka).
Beberapa karya Putu sudah ada yang terbitkan ke dalam bahasa asing. Cuplikan novelnya, Leftover Soul, ditampilkan dalam Manoa: A Pacific Joutnal of International Writing. Putu juga menjadi contributing editor dari Latitudes dan staf anggota senior dari sebuah majalah alternatif, Nirmala. Tulisan Putu juga terdapat dalam Indonesian Contemporary Progresive Poetry (Indonesia, 1963), The Prison Where I Live (London, 1996), Voice of Conciences (USA, 1995), Bali Behind The Seen (Australia, 1997), Black Cloud Over Paradise Isle (USA, 1997), Manageri IV (Indonesia, 1998), dan Silenced Voices (Hawaii, 2000).
Putu Oka Sukanta, lahir Singaraja, Bali, 29 Juli 1939. Mulai menulis sejak usia 16 tahun. Dirangsang oleh pelajaran mengarang. Guru bahasa Indonesianya mengajarkan agar Putu menuliskan apa yang dialaminya. Awalnya, menulis hal-hal yang nakal dan menyentil kebiasaan orang Bali. Selanjutnya Putu aktif menulis puisi, cerpen, novel, dan cerita anak-anak baik sewaktu masih di Bali, maupun sesudah pindah ke Yogyakarta dan Jakarta.
Pada tahun 1966, Putu dijebloskan ke penjara Salemba, Jakarta, karena dianggap sebagai anggota Lekra (salah satu organisasi PKI). Padahal, meskipun pernah bergaul dengan orang-orang Lekra, ia tidak pernah menjadi anggota organisasi tersebut. Selama masa pengawasan sesudah pembebasannya pada tahun 1976, karya-karyanya disensor. Meskipun demikian, Putu tetap menulis, sebagian tulisan Putu tidak beredar di Indonesia, tapi di Jerman dan Australia. Tulisannya sering dimuat dalam antologi dan pernah diterbitkan oleh Kalyana Mitra. Tak heran, Putu kurang dikenal di Indonesia. “
Pada tahun 1982 dan 1983, Putu sempat mengikuti Popular Theatre Workshop di Sri Lanka dan Bangladesh. Penulis yang pernah dinobatkan sebagai deklamatir terbaik Bali (1958) ini, pada bulan April dan Mei 1985, diundang untuk berceramah tentang sastra dan membacakan puisi di beberapa universitas di Australia (Flinders University, Monash University, ANU, Sidney University). Selain di Australia, Putu juga membacakan puisinya di Jakarta dan Malaysia (Dewan Bahasa dan Pustaka).
Beberapa karya Putu sudah ada yang terbitkan ke dalam bahasa asing. Cuplikan novelnya, Leftover Soul, ditampilkan dalam Manoa: A Pacific Joutnal of International Writing. Putu juga menjadi contributing editor dari Latitudes dan staf anggota senior dari sebuah majalah alternatif, Nirmala. Tulisan Putu juga terdapat dalam Indonesian Contemporary Progresive Poetry (Indonesia, 1963), The Prison Where I Live (London, 1996), Voice of Conciences (USA, 1995), Bali Behind The Seen (Australia, 1997), Black Cloud Over Paradise Isle (USA, 1997), Manageri IV (Indonesia, 1998), dan Silenced Voices (Hawaii, 2000).
***
Tragedi
Kemanusiaan 1965-66, kekerasan negara terhadap rakyat, menggoyah semua
sendir kehidupan bangsa. Bagi saya, ia merupakan lautan inspirasi yang
bisa diekpresikan sebagai permata dalam khasanah sastra Indonesia
Orang berbeda-beda menyikapinya: ada yang terus menyimpan dendam seperti dalam cerpen "Kerbau Bertanduk Emas dan "Made Jepun", ada yang memilih cara aman mengatasi penindasan (cerpen Tukang Kebun), ada yang masih terus diusik dan terganggu masa lalu (cerpen Mata, dan Pulang). Dalam cerpen Harumi yang bersangkutan menjelma menjadi manusia lain tetapi pengabdiannya kepada masyarakat tidak luntur. Masih banyak lagi yang lainnya.
Kepada mereka saya menyampaikan salam, "Tak 'Kan melupakanmu"
Orang berbeda-beda menyikapinya: ada yang terus menyimpan dendam seperti dalam cerpen "Kerbau Bertanduk Emas dan "Made Jepun", ada yang memilih cara aman mengatasi penindasan (cerpen Tukang Kebun), ada yang masih terus diusik dan terganggu masa lalu (cerpen Mata, dan Pulang). Dalam cerpen Harumi yang bersangkutan menjelma menjadi manusia lain tetapi pengabdiannya kepada masyarakat tidak luntur. Masih banyak lagi yang lainnya.
Kepada mereka saya menyampaikan salam, "Tak 'Kan melupakanmu"
Putu Oka Sukanta
|
Rp |
|
Hemat Rp 6.000 | |
Rp 34.000 | |
Judul | Tak 'Kan Melupakanmu (Kumpulan Cerita Pendek) |
No. ISBN | 9786021864920 |
Penulis | Putu Oka Sukanta |
Penerbit | Jaker |
Tanggal terbit | November - 2012 |
Jumlah Halaman | - |
Berat Buku | - |
Jenis Cover | Soft Cover |
Dimensi(L x P) | - |
Kategori | Cerpen |
Bonus | - |
Text Bahasa | Indonesia ·· |
Lokasi Stok | gudang bukukita |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar